Rabu, 10 Juni 2015

KELAHIRAN BAHASA MANUSIA



TEORI KELAHIRAN BAHASA



Ketika manusia terlibat dalam komunikasi, ia membutuhkan bahasa. Kenyataan membuktikan bahwa di dunia ini ditemukan jutaan bahasa yang dipakai sebagai media komunikasi antarmanusia. Perbedaan bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat membangkitkan kesadaran bahwa  bahwa itu bukan sesuatu yang muncul begitu saja melainkan dilahirkan dalam dan melalui proses yang panjang. Karena itulah, muncul berbagai pandangan dan kajian teoretis berhadapan dengan perbedaan bahasa di antara manusia. Beikut ini disajikan gambaran atau teori tentang asal-usul bahasa di antara manusia.
 
1. Beberapa Teori Tradisional
Asal usul bahasa adalah aspek yang paling banyak dipertentangkan hingga hasil studinya pun tidak memuaskan, karena para penyelidik sulit mencapai kesepakatan tunggal. Bagaimana mulai ada bahasa? Ada tersedia beberapa teori asal bahasa, ada yang lucu, ada yang aneh, ada yang berbau ilmiah. Pada tahun 1866 masyarakat linguis Perancis melarang mendiskusikan asal usul bahasa karena itu hanya spekulasi yang tiadak ada artinya.

Penyelidikan antroplogi telah membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif menyakini keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah berbahasa. Tuhanlah yang mengajarkan Nabi Adam nama-nama sebagaimana temaktub dalam kitab kejadian sebagai berikut:

And the Lord God having formed out of the ground all the beasts of the earth, and all the fowls of the air, brought them to Adam to see what he wold call them; for whatsoever Adam called any living creature the same is its name.
Dikatakan pula manusia diciptakan secara simultan, dan pada penciptaan ini pula dikaruniai ujaran sebagai anugrah Illahi, dan di surga Tuhan berdialog dengan Nabi Adam dalam bahasa Yahudi. Sebelum abad ke-18 teori-teori asal bahasa ini dikategorikan divine origin (Berdasarkan kepercayaan).

Pada abad ke-17, Andreas Kemke, seorang ahli filologi dari Swedia menyatakan di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia. Nabi Adam berbahasa Denmark, sedangkan naga berbahasa Perancis.

Cerita di Mesir lain lagi. Pada abad ke-17 SM raja Mesir, Psammetichus mengadakan penyelidikan tentang bahasa pertama. Menurut sang raja kalau bayi dibiarkan ia akan tumbuh dan berbicara bahasa asal. Untuk penyelidikan tersebut diambilah dua bayi dari keluarga biasa, dan diserahkan kepada seorang pengembala untuk dirawatnya. Gembala tersebut dilarang berbicara sepatah kata pun kepada bayi-bayi tesebut. Setelah sang bayi berusia dua tahun, mereka dengan sepotan menyambut si gembala dengan kata ”Becos!”. Segera si penggembala tadi menghadap Sri Baginda dan diceritakannya hal tersebut. Psammetichus segera menelitinya dan berkonsultasi dengan para penasehatnya. Menurut mereka becos berarti roti dalam bahasa Phrygia; dan inilah bahasa pertama. Cerita ini diturunkan kepada orang-orang Mesir Kuno, hingga menurut mereka bahasa Mesirlah bahasa pertama.

Kaisar Cina T’ien-tzu, anak tuhan, katanya mengajar bahasa pertama kepada manusia. Ada juga versi lain, seekor kura-kura diutus Tuhan membawa bahasa (tulisan) kepada orang-orang Cina. Di Jepang pun bahasa pertama dihubung-hubungkan dengan Tuhan mereka, Amaterasu. Orang-orang Babilonia pun percaya bahwa bahasa petama berasal dari Tuhan mereka, Nabu. Brahmana mengajarkan tulis menulis kepada ras Hindu. Dan masih banyak cerita-cerita yang bernada sama dengan berbagai kebudayan dahulu.

Pada bagian akhir abad ke-18 spekulasi asal usul bahsa berpindah dari wawasan keagamaan, mistik, takhayul ke alam baru yang disebut organic phase (pase organic). Pertama dengan terbitnya Uber den organic phase (On the Origin of language) pada tahun 1772, karya Johann Gottfried Von Herder (1744-1803), yang mengemukakan bahwa tidaklah tepat bahasa sebagai anugrah Illahi. Menurut pendapatnya: bahasa lahir karena dorongan manusia untuk mencoba-coba berfikir. Bahasa adalah akibat hentakan yang secara insting seperti halnya janin dalam proses kelahiran. Teori ini bersamaan dengan mulai timbulya teori evolusi manusia yang diprakarsai oleh Immanuel Kant (1724-1804) yang kemudian disusul oleh Charles Darwin.

Menurut Darwin (1809-1882) dalam Descent of Man (1871) kualitas bahasa manusia dengan bahasa binatang berbeda dalam tingkatannya saja. Bahasa manusia seperti halnya manusia itu sendiri berasal dari bentuk yang primitif., barangkali dari ekspresi emosi saja. Sebagai contoh perasaan jengkel atau jijik telahirkan dengan mengeluarkan udara dari hidung dan mulut, tedengar sebagai “Pooh” atau “Pish” !. Namun Mark Muler (1823-1900) ahli filologi dari Jerman tidak sependapat dengan Darwin, teori ini disebut dengan pooh-pohh theory. Teori Darwin juga tidak disetujui oleh para sarjana berikutnya termasuk Edward Sapir (1884-1939) dari Amerika.
Mark Muler memperkenalkan Dingdong Theory atau disebut juga nativistik theory. Teorinya sedikit sejalan dengan yang diajukan socrates bahwa lahir bahasa secara ilmiah. Menurut teori ini manusia mempunyai kemampuan insting yang istimewa untuk mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap kesan sebagai stimulus dari luar. Kesan yang diterima lewat indra, bagaikan pukulan pada bel hingga mengeluarkan ucapan yang sesuai. Kurang lebih ada empat ratus bunyi pokok yang membentuk bahasa pertama ini. Sewaktu orang primitif dulu melihat seekor srigala, pandangan ini menggetarkan bel yang ada pada dirinya secara insting sehingga terucaplah kata ”Wolf” (serigala). Muller pada akhirya menolak teorinya sendiri.

Teri lainnya disebut Yp-he-ho Theory. Teori ini menyimpulkan bahwa bahasa primitif dahulu bekerja sama. Kita pun mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat kayu kita secara spontan bersamaan mengeluarkan ucapan-ucapan tertentu, karena dorongan tekanan otot. Demikian juga orang primitif jaman dulu, sewaktu bekerja tadi, pita suara mereka bergetar sehingga telahirlah ucapan-ucapan khusus untuk setiap tindakan. Ucapan-ucapan tadi lalu menjadi nama untuk pekerjaan itu seperti Heave (angkat), rest! (diam) dan sebagainya.
Tori yang agak bertahan Bow-wow Theory, disebut juga Onomatopoetic atau Echoic theory. Menurut teori ini kata-kata yang pertama kali adalah tiruan terhadap guntur, huja, angin, sungai, ombak samudra dan lainnya. Mark Muller dengan sarkastis mengomentarinya bahwa teori ini hanya berlaku pada kokok ayam dan bunyi itik, padahal kegiatan bahasa banyak terjadi di luar kandang ternak.

Bagaimanpun sedikitnya prosentase kata-kata tersebut, kita tidak mengingkari adanya kata-kata itu. Dalam bahasa inggris ada kata-kata bable, rattle, hiss, cuckoo, dan sebagainnya. Kosa kata dalam bahasa Indonesia juga memilki kata-kata seperti itu: menggelegar, bergetar, mendesir, mencicit, berkokok dan sebagainya.

Teori lainnya lagi disebut gesture theory, yang mengatakan bahwa isyarat mendahului ujaran. Para pendukung teori ini menunjukan penggunaan isyarat oleh berbagai binatang, dan juga sistem isyarat yang dipakai oleh orang-orang primitif. Salah satu contoh adalah bahasa isyarat yang dipakai suku Indian di Amerika Utara. Sewaktu berkomuikasi dengan suku-suku lain yang tidak sebahasa.

2. Pendekatan Modern
Manusia itu tercipata dengan perlengkapan fisik yang sangat sempurna hingga memungkinkan terjadinya ujaran (kemampuna berbahasa). Namun ujaran bukan hanya kerja organ fisik. Dalam proses ujaran, faktor-faktor psikologis pun terlibat. Sebagai contoh kita banyangkan satu telaga jernih yang dikelilingi pepohonan rindang yang dimukimi burung-burung dan marga satwa lainnya. Bagi seseorang mungkin telaga tadi membahayakan, bisa saja meneggelamkan, mematikan. Bagi yang lain mungkin telaga tadi jadi sumber kehidupan bagi anak istrinya. Mungkin ikannya banyak. Bagi yag lainnya mungkin merupakan sumber ilham, bisa dijadikan tempat untuk beristirahat, melemaskan otot-otot sambil menuggu kejatuhan inspirasi. Dalam batin ketiga orang ini ternyata ada kesan psikologis yang berbeda. Kesan-kesan ini mesti diucapkan dengan ujaran. Dengan perkata lain kesan-kesan ini mesti diungkapkan dengan simbol vokal, hingga terucapkan kata-kata umpamanya: bahaya, ngeri, dalam, dingin, menenggelamkan, hanyut, arus dan sebagainya; banyak ikan, bagus , luas, dan sebaginya; indah, dingin, sepoi-sepoi, ayem, tentram, sejuk, leluasa, damai, sumber ilham dan sebaginya.
Dari cintoh-contoh di atas west menyimpulkan :

Speech, as language, is the result of man’s ability to see phenomena symbolically and of the necessity to express his symbols¬¬1
(= ujaran , seperti halnya bahasa, adalah hasil kemampuan manusia untuk melihat gejala-gejala sebagai simbol-simbol dan keinginannya untuk simbol-simbol itu)

Kini para ahli atropologi menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama. Manusia itu ada di bumi kurang lebih satu juta tahun lamanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembanganya menjadi Homo Sapien juga mempengaruhi perkembangan bahasanya. Bentuk tubuh yang tegak, mata yang berbentuk stereoskopis dan celebra cortex yan tidak ada pada hewan lain telah banyak membantu evolusi manusia. Perkembangan otaknya merubah dia dari agak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Mereka kini mempunyai kemampuan untuk menemukan dan mempergunakan alat-alat dan mulailah ia bicara.

Ada juga yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa manusia sama seperti halnya perkembangan bahasa bayi berkembang menjadi dewasa. Otto jespersen (1860-1943) melihat adanya persamaan antara bahasa bayi dan manusia dahulu. Bahasa manusia pertama hampir tidak mempunyai arti, seperti lagu saja sebagaimana ucapan-ucapan bayi. Lama kelamaan ucapan-ucapa tadi berkembang menuju kesempurnaan.

Lalu ada persolaa lain. Apakah bahasa itu lahir karena keinginan berkomunikasi dengan anggota masyarakat sosial atau karena dorongan individu, yaitu faktor psikologis di atas? Jadi bahasa dulu atau masyarakat dulu? Kalau mereka tidak hidup dalam masyarakat, maka bahasa tidak akan pernah lahir, tapi bagaimana hidup tanpa bahasa? Kini pertanyaannya seperti pertanyaan klasik, telur dulu atau ayam dulu.

Selasa, 09 Juni 2015

Pedoman EYD

Penulisan Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

    A.S. Kramawijaya
    Muh. Yamin
    Suman Hs.
    Sukanto S.A.
    M.B.A.  master of business administration
    M.Sc.  master of science
    S.E.  sarjana ekonomi
    S.Kar.  sarjana karawitan
    S.K.M.  sarjana kesehatan masyarakat
    Bpk.  bapak
    Sdr.  saudara
    Kol.  kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

    DPR  Dewan Perwakilan Rakyat
    PGRI  Persatuan Guru Republik Indonesia
    GBHN  Garis-Garis Besar Haluan Negara
    SMTP  Sekolah Menengah Tingkat Pertama
    PT  Perseroan Terbatas
    KTP  Kartu Tanda Penduduk

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:

    dll.  dan lain-lain
    dsb.  dan sebagainya
    dst.  dan seterusnya
    hlm.  halaman
    sda.  sama dengan atas
    Yth. Sdr. Moh. Hasan  Yang terhormat Sdr. Moh. Hasan

Tetapi:

    a.n.  atas nama
    d.a.  dengan alamat
    u.b.  untuk beliau
    u.p.  untuk perhatian
    s.d.  sampai dengan

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

    Cu  kuprum
    TNT  trinitrotoluen
    cm  sentimeter
    kVA  kilovolt-ampere
    l  liter
    kg  kilogram
    Rp 5.000,00  lima ribu rupiah


2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya:

    ABRI  Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    LAN  Lembaga Administrasi Negara
    PASI  Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
    IKIP  Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
    SIM  Surat Izin Mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya:

    Akabri  Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    Bappenas  Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
    Iwapi  Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
    Kowani  Kongres Wanita Indonesia
    Sespa  Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil Misalnya:

    pemilu  pemilihan umum
    radar  radio detecting and ranging
    rapim  rapat pimpinan
    rudal  peluru kendali
    tilang  bukti pelanggaran

Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:

    Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia.
    Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Pemakaian Tanda Titik  . 

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:

    Ayahku tinggal di Solo.
    Biarlah mereka duduk di sana.
    Dia menanyakan siapa yang akan datang.
    Hari ini tanggal 6 April 1973.
    Marilah kita mengheningkan cipta.
    Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a.III. Departemen Dalam Negri A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jendral Agraria 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya:

    pukul 1.35.20  pukul 1 lewat 35 menit 20 detik 

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya:

    1.35.20 jam  1 jam, 35 menit, 20 detik 
    0.20.30 jam  20 menit, 30 detik 
    0.0.30 jam  30 detik

5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya:

    Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:

    Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
    Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:

    Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
    Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
    Nomor gironya 5645678.

7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:

    Acara Kunjungan Adam Malik
    Bentuk dan Kedaulatan  Bab I UUD'45 
    Salah Asuhan

8. Tanda titik tidak dipakai di belakang  1  alamat pengirim dan tanggal surat atau  2  nama dan alamat penerima surat. Misalnya:

    Jalan Diponegoro 82
    Jakarta  tanpa titik 
    1 April 1985  tanpa titik 
    Yth. Sdr. Moh. Hasan  tanpa titik 
    Jalan Arif 43  tanpa titik 
    Palembang  tanpa titik 

Atau:

    Kantor Penempatan Tenaga  tanpa titik 
    Jalan Cikini 71  tanpa titik 
    Jakarta  tanpa titik

Pemakaian Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:

    Dia mengantuk.
    Apa maksudnya?
    Kita harus bekerja keras.
    Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:

    Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
    Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"
    "Kemarin engkau terlambat," katanya.
    "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat".


3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:

    Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
    Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
    Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:

    Mahaputra Yamin
    Sultan Hasanuddin
    Haji Agus Salim
    Imam Syafii
    Nabi Ibrahim Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
    Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
    Tahun ini ia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:

    Wakil Presiden Adam Malik
    Perdana Menteri Nehru
    Profesor Supomo
    Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
    Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
    Gubernur Irian Jaya Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya:
    Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
    Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:

    Amir Hamzah
    Dewi Sartika
    Wage Rudolf Supratman
    Halim Perdanakusumah
    Ampere Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran. Misalnya:
    mesin diesel
    10 volt
    5 ampere

7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya:

    bangsa Indonesia
    suku Sunda
    bahasa Inggris Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
    mengindonesiakan kata asing
    keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

    bulan Agustus
    hari Natal
    bulan Maulid
    Perang Candu
    hari Galungan
    tahun Hijriah
    hari Jumat
    tarikh Masehi
    hari Lebaran
    Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya:
    Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
    Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:

    Asia Tenggara
    Kali Brantas
    Banyuwangi
    Lembah Baliem
    Bukit Barisan
    Ngarai Sianok
    Cirebon
    Pegunungan Jayawijaya
    Danau Toba
    Selat Lombok
    Daratan Tinggi Dieng
    Tanjung Harapan
    Gunung Semeru
    Teluk Benggala
    Jalan Diponegoro
    Terusan Suez
    Jazirah Arab Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya:
    berlayar ke teluk
    mandi di kali
    menyeberangi selat
    pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya:

    garam inggris
    gula jawa
    kacang bogor
    pisang ambon

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya:

    Republik Indonesia
    Majelis Permusyawaratan Rakyat
    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
    Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
    Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya:
    menjadi sebuah republik
    beberapa badan hukum
    kerja sama antara pemerintah dan rakyat
    menurut undang-undang yang berlaku

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya:

    Perserikatan Bangsa-Bangsa
    Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
    Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
    Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata  termasuk semua unsur kata ulang sempurna  di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:

    Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
    Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
    Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
    Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

    Dr.
    doktor
    M.A.
    master of arts
    S.H.
    sarjana hukum
    S.S.
    sarjana sastra
    Prof.
    profesor
    Tn.
    tuan
    Ny.
    nyonya
    Sdr.
    saudara

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya:

    "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
    Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
    Surat Saudara sudah saya terima.
    "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
    Besok Paman akan datang.
    Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
    Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:
    Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
    Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

    Sudahkah Anda tahu?
    Surat Anda telah kami terima.